Jelajah Museum Gedung Sate Bareng Emak-emak Literasi Bandung

by - 11:37 AM

Akhir tahun 2017, ditutup dengan penjelajahan di Museum Gedung Sate bersama RB Literasi Bandung (Rumah Belajar-nya IIP Bandung). Museum ini baru aja diresmikan pada tanggal 8 Desember 2017 lalu. Jadi, ibarat baju baru nih... Masih bau-bau toko gitu ! Hahaha.

Tapi, sebelum saya bahas tentang daleman-nya Museum ini, saya mau ngebahas dulu tentang lokasinya. Yap, karena kebanyakan Emak-emak yang dateng ke acara ini pada salah masuk gerbang termasuk saya sendiri. *maklum bukan orang kota nihhh :p
Happy banget bisa foto di depan Gedung Sate.
Karena ternyata setelah foto-foto kami 'diusir' karena
bagian depan Gedung Sate bukan buat umum.
Nggak boleh nongkrong atau duduk-duduk di sini.

Lokasi Museum Gedung Sate

Kalau browsing tentang lokasinya, pasti yang tercantum adalah alamat Jalan Diponegoro No. 22. Tapi, Gedung Sate ini luasnya sealaihim-gambreng gitu dan punya beberapa pintu masuk yang nggak bisa asal masuk aja sebab disetiap gerbang udah ada Bapak-bapak satpam satu sampai dua orang yang berjaga. Terus, kita bakalan ditanya mau ke mana dan kita bisa jawab mau ke Museum. Gitu aja, sih. Santai, aja.

Oke, biar nggak usah muter-muter dulu dengan drama salah masuk gerbang, hahaha, saya kasih sepintas panduannya, ya. Lebih enak kalau mau ke Gedung Sate ini ambil jalan Banda (yang ada Jonas Photo di jalan Banda, dari situ masih lurus terus) sampai mentok jalan. 

Petunjuk arah menuju Museum Gedung Sate di kompleks Gedung Sate
Kalau udah nemu pertigaan, yang pake motor bisa belok kiri masuk ke jalan Cimandiri lurus terus ambil lajur kanan terus nggak jauh dari situ ada jalan buat kita belok kanan dan langsung ketemu gerbang Gedung Sate buat parkir motor.Nah, kalau pake mobil dari jalan Banda bisa belok kanan masuk ke jalan Cimandiri juga. Lurus aja sampai nemu gerbang Gedung Sate di sebelah kiri. Oh, iya, parkirnya gratis, ya, di sini.

Nah, kalau udah ada di lokasi Gedung Sate, langsung ada cari petunjuk jalannya. Ada banyak petunjuk jalan menuju Museum jadi sangat memudahkan banget untuk kita yang baru pertama kali ke Gedung Sate. Atau, kalau masih kebingungan juga, langsung aja tanya ke Baoak-bapak Satpam yang selalu siaga di sekitaran Gedung Sate. Dengan senang hati, bapak-bapak berseragam biru dongker ini akan menunjukkan arah.

Penampakan Museum Gedung Sate dari depan.
Mohon abaikan cewek berkerung pink di depan itu :p

Jelajah Museum Gedung Sate

Begitu sampai di depan Museum ini perasaannya adalah adeeemm bangeet. Yap, mungkin karena datangnya masih pagi dan museum ini dikelilingi oleh pepohonan rindang dan aneka tanaman berwarna-warni jadi kesannya asri dan sejuk banget.

Apalagi yang nggak kalah asyiknya, di sekitar museum ini bersih banget ! Jarang-jarang lho ada fasilitas publik di Bandung yang bersih banget gini, wkwk. Udah gitu di depan museum ini ada bangku-bangku plus meja---mungkin sekitar lima sampai enam pasang yang berjajar rapi.

Teh Dece--Ketua RB Literasi Bandung yang sedang menjelaskan
tentang RB Literasi Bandung dan penjelajahan hari itu.
Setiap bangku bisa diisi empat sampai enam orang dewasa. Aslinya, bikin saya berasa pengen piknik, nih. Apalagi terpaan sepoi angin yang mendayu-dayu. Alaamaak, kok jadi mengkhayal membina rumah tangga bareng kamu dan bisa piknik di sini, yaaa.... *wkwk, maafkan anak gadis yang masih menanti jodoh ini :p

Yeah, saya pribadi seneng banget punya kesempatan dateng ke museum ini dan termasuk kategori 'pengunjung pertama'---walaupun nggak yang pertama banget yang bisa mengecap museum baru ini. By the way, di dalemnya ada apa sih? Mari kita explore~

Sejarah awal pembangunan Gedung Sate 
Museum ini berisi sejarah pembangunan Gedung Sate yang punya nama asli Gouverments Bedrijven. Yep, namanya Belanda banget karena yang menggagasnya adalah orang Belanda. Terus kenapa terkenalnya jadi Gedung Sate, ya? Kalau kata teteh guide-nya sih, karena ada ornamen enam bulatan kecil di atas Gedung yang menyerupai sate, selain itu karena orang-orang Bandung belibet kalau bilang Gouverments Bedrijven. Alhasil, terkenallah sebutan Gedung Sate.

Oh, iya, kenapa buletan yang mirip sate di atas Gedung Sate ada enam biji, coba? Itu bukan ngasal ternyata ! Ada filosofinya ! *Eaaah. Ternyata, ornamen yang berjumlah enam buletan pada penangkal petir di atas Gedung Sate itu melambangkan jumlah biaya yang dikeluarkan saat membangun Gedung Sate, yaitu sebesar 6.000.000.000 Gulden. 

Filosofi Sate di atas Gedung Sate
Bukan hanya sejarah pembangunan Gedung Sate aja, sih. Di Museum ini pun dibahas tentang awal mula adanya kota Bandung, desain arsitektur Gedung Sate, sampai berbagai peristiwa yang terkait dengan Gedung Sate. Kalau menurut saya yang sotoy ini, kayaknya anak-anak jurusan Arsitektur  bisa dapet banyak informasi tentang desain bangunan di Gedung Sate ini.

Ada beberapa hal menarik yang baru saya tahu, ternyata Gedung Sate ini adalah bangunan kedua di Bandung yang menggunakan rangka baja setelah gedung Bank Indonesia. Rangka baja ini digunakan agar bangunan tahan terhadap gempa dan itu sudah terbukti karena gedung Sate beberapa kali kena guncangan gempa dan masih stand out gitu.

Rangka Baja
Pantes aja, yaa, bangunan-bangunan zaman dulu tuh kuat-kuat, ternyata memang mereka menyematkan rangka baja sebagai fondasinya. Oh iya, katanya zaman dulu belum ada semen jadi sebagai campurannya mereka menggunakan pasir yang dicampur dengan telur. Tapi, kata teteh guide ini infonya belum valid, sih. So, masih katanya.

Teteh guide masih ngajak keliling-keliling museum, kemudian sampailah di bagian yang cukup bikin saya penasaran yaitu susunan kaca berbentu prisma yang ditempel di langit-langit. Nah, ternyata ini namanya kaca prisma. Kehadiran kaca prisma di dalam bangunan Gedung Sate berfungsi untuk memberikan penerangan ke ruang bawah tanah. Kaca prisma ini membuat sinar matahari menjadi bias sehingga tidak silau dan panas.

Kaca Prisma
Saya lupa nanyain sama teteh guide-nya kalau kaca prisma ini ada di bagian mana aja di Gedung Sate. Tapi seingat saya pas masuk ke ruang Auditorium dan nonton film pendek tentang sejarah Gedung Sate ini, keberadaan si kaca prisma sempet diliatin, sih. Tapi sayanya nggak tahu si kaca ini ditempel di mana. Hahaha.

Hal lain yang saya baru tahu, Gedung Sate ini mamadukan arsitektur khas Indonesia dan Eropa atau disebutnya arsitektur Indo-Eropa. Beberapa bagian di Gedung Sate memiliki ornamen khas Nusantara, seperti atapnya yang menggunakan Sirap, ornamen jendela, pintu, dan tangga khas bangunan Candi, serta berbagai ornamen lainnya yang khas Tatar Sunda banget. Saya terkesan banget sama info grafis di bagian ini. Wuah, lengkap dan informatif banget !

Penjelasan tentang ornamen-ornamen yang ada di Gedung Sate
Sebelum memasuki ruang Auditorium, saya dibikin takjub dengan kehadiran maket Gedung Sate. *Haha, dasar katro! Maklum, bukan anak arsitek jadi begitu liat yang beginian mata saya langsung berbinar. Serius, deh, dengan adanya maket ini jadi lebih kebayang bangunan dan dalemannya Gedung Sate tuh kayak gimana, secara saya kan belum pernah masuk ke bangunan megah ini, ya. 

Ternyata, Museum ini ada di bagian basement Gedung Sate (cuma saya lupa, basement sebelah mana gitu, haha. Timur atau Barat gitu, yaa. Selatan atau Utara, ya? Halah, jadi mirip lagu deeh~) alias di ruang bawah tanahnya dari Gedung Sate. Jadi kebayang, betapa si Gedung ini luasnya kebangetan kemudian saya ngebayangin kalau seandainya semaleman kekunci di gedung seluas ini. 

Maket Gedung Sate yang bisa bergerak
Kebayang horor dan dingin-nya gedung ini. Apalagi setelah tahu kalau ternyata di lokasi Gedung Sate masih tersimpan jasad empat orang pemuda PU yang gugur saat mempertahankan Gedung Sate dari serangan tentara Jepang. Sampai saat ini keempat jasadnya masih belum ditemukan. Nah, lho~hiiihhhh~

Penjelajahan ditutup dengan nonton bareng film pendek tentang sejarah Gedung Sate di ruang Auditorium selama kurang lebih 10 menit. Ruangannya hanya untuk 30 orang, jadi kalau rombongan lebih dari itu harus masuk ke sesi berikutnya. Ruangannya nyaman, kursinya empuk dan baru, AC-nya juga dingin. Bioskop mah lewat pokoknya, Hahaha.

Sebelum pintu keluar ada sebuah  virtual reality balon udara yang bikin kita seolah-olah sedang naik balon udara di atas Gedung Sate. Ini lumayan seru, meskipun bentar banget dan yaa cuma liat pemandangan dari atas Gedung Sate secara virtual aja, sih. Tapi kalau penasaran wajib coba, biar nggak nyesel, wkwk.

Sebenarnya bukan lukisan ini aja, tapi saya paling suka lukisan yang ini :*
Menuju pintu keluar pengunjung disuguhi lukisan-lukisan atraktif yang menggambarkan Bandung dengan berbagai ikon-ikon, makanan, dan lain sebagainya. Ini instagramable banget apalagi dengan pencahayaan redup-redup manja. Spot foto yang paling bagus di Museum ini, ya, di sini kalau menurut saya. Kalau kebetulan orang-orang belum lalu-lalang ke sini, asik banget buat sesi foto-foto.

So, happy banget bisa berkunjung ke Museum ini. Penjelajahan yang menyenangkan di akhir tahun 2017. Jadi nggak sabar menanti acara Jelajah Museum selanjutnya dari RB Literasi Bandung.

Tips Berkunjung ke Museum Gedung Sate Untuk Rombongan

  1. Kalau datengnya rombongan, jangan lupa untuk reservasi di www.museumgedungsate.jabarprov.go.id biar bisa dapet guide juga, ya~ tapi kalau dateng perorangan bisa langsung dateng aja ke sini tanpa reservasi. Catatan : Pengalaman saat rombongan RB Literasi Bandung mau melakukan reservasi via website-nya ternyata masih maintence gitu, jadi kami reservasinya pas hari H beberapa menit sebelum Museum buka.
  2. Nanti ada beberapa pilihan jam berkunjung, lebih enak sih untuk pilih yang paling pagi yaitu jam 09.45 atau 10.15. Satu sesi hanya bisa berisi maksimal 35 orang saja. Apalagi kalau bawa balita kan masih fresh juga, ya, kalau masih pagi.
  3. Barang bawaan sebaiknya dititipkan saja di loker, apalagi makanan karena nggak boleh masuk sambil bawa makanan. Sebelum menjelajah Museum ada tempat penitipan barang dan kita bisa simpan tas atau barang bawaan yang sekiranya bikin rempong, gitu.
  4. Kalau bawa batita atau balita harus selalu dijaga anak-anaknya, ya. Karena ada banyak barang yang dipamerkan dan nggak boleh disentuh atau dinaiki. Secara, anak-anak kan masih belum paham tentang ini, ya.
  5. Sebaiknya, bawa bekal makanan dan minuman karena nggak banyak pedagang di sekitar atau di kantin dekat Museum. Entah karena masih suasana libur atau memang kantin ini selalu sepi, saat itu hanya dua stand yang buka di kantin dengan menu jajanan seperti mie instan, gorengan, dan beberapa jenis minuman.
Tiket reservasi online

Informasi Tiket Masuk Museum Gedung Sate

Berhubung saya dan rombongan datengnya masih di bulan Desember 2017, jadi masih dalam masa promosi dengan tiket masuk gratis. Nah, berdasarkan informasi dari website Provinsi Jawa Barat, mulai bulan Januari 2018 akan diberlakukan tarif sebesar Rp 5.000/orang. Waktu operasional Museum Gedung Sate ini setiap Selasa-Minggu dari pukul 10.00-16.00 WIB, khusus untuk hari Senin libur.

Yang saya tulis di postingan ini baru beberapa saja, kalau pengen lengkep dan kepo banget, main-main sini laaah. Yuk, dateng ke Museum Gedung Sate ! :D

Bersama Emak-emak dari RB Literasi Bandung di depan Museum Gedung Sate

Bandung,  030118
Waktu kunjungan ke Museum Gedung Sate tanggal 30 Desember 2017.


You May Also Like

0 komentar

©